Total Biaya Kepemilikan: Perbandingan Jangka Panjang Antara WPC dan Kayu
Dalam memilih material pintu untuk proyek konstruksi, penting untuk tidak hanya melihat harga awal, tetapi juga mempertimbangkan total biaya kepemilikan (Total Cost of Ownership). Artikel ini membandingkan WPC (Wood Plastic Composite) dengan kayu dari segi biaya perawatan rutin, risiko penggantian akibat kerusakan dini, dan akumulasi biaya jangka panjang. Hasilnya menunjukkan bahwa WPC menawarkan penghematan signifikan berkat sifatnya yang tahan rayap, anti-lembap, dan minim perawatan—menjadikannya solusi cerdas dan ekonomis bagi arsitek, kontraktor, dan pemilik bangunan.
Chrisnna Hwandynatha (CV Karya Hansa Utama)
7/16/20253 min read


Pendahuluan: Di Balik Tampilan dan Harga Awal—Apa Biaya Sebenarnya?
Dalam industri konstruksi yang semakin mengedepankan efisiensi biaya, keberlanjutan, dan keandalan material, banyak profesional mulai mengadopsi pendekatan Total Cost of Ownership (TCO) atau Total Biaya Kepemilikan dalam mengevaluasi bahan bangunan. Terutama dalam pemilihan pintu dan panel interior-eksterior, pertimbangan tidak lagi hanya soal estetika atau harga awal, tetapi mencakup biaya perawatan, umur pakai, ketahanan terhadap cuaca dan serangga, serta dampak lingkungan.
Artikel ini akan membandingkan TCO antara dua material populer: Kayu solid tradisional dan WPC (Wood Plastic Composite)—dengan fokus pada aplikasi real di iklim tropis seperti Indonesia.
Apa Itu WPC dan Mengapa Semakin Populer?
WPC (Wood Plastic Composite) adalah material komposit berbasis serbuk kayu (wood flour) dan resin termoplastik (seperti PVC, HDPE, atau PP), sering ditambah aditif untuk ketahanan UV, jamur, dan serangga. Produk ini dirancang untuk meniru estetika kayu alami, tetapi dengan keunggulan fungsional yang melampaui material organik.
Menurut laporan MarketsandMarkets (2023), pasar global WPC diperkirakan tumbuh dengan CAGR 11,4% hingga 2028, didorong oleh permintaan akan material rendah perawatan dan ramah lingkungan di sektor perumahan, komersial, dan institusi.
Perbandingan Biaya Awal: Kayu vs WPC
Meskipun harga awal WPC mungkin tampak sedikit lebih tinggi dibanding kayu lunak, setelah memasukkan biaya finishing, pelapisan, dan perawatan awal, WPC justru menjadi lebih kompetitif secara langsung.
Biaya Perawatan dan Operasional Selama Umur Pakai
1. Daya Tahan Terhadap Lingkungan Tropis
Kayu Solid: Rentan terhadap pelapukan, pembusukan, dan serangan rayap, khususnya di area dengan kelembapan tinggi seperti kamar mandi atau dinding eksterior. Rata-rata perlu refinishing setiap 2–4 tahun.
WPC: Tahan terhadap kelembapan, jamur, dan rayap tanpa perlakuan kimia tambahan. Bebas refinishing, cukup dibersihkan dengan lap basah.
2. Biaya Perawatan 10 Tahun (Estimasi)
Umur Pakai: Investasi yang Bertahan Lebih Lama
Kayu: Umur pakai bervariasi antara 5–10 tahun tergantung lokasi dan perawatan.
WPC: Umur teknis dapat mencapai 20–25 tahun, bahkan lebih di lingkungan yang tidak ekstrem.
Menurut pengujian ketahanan cuaca berdasarkan standar ASTM D6662, WPC menunjukkan retensi kekuatan dan estetika hingga 85% setelah simulasi 10 tahun penggunaan luar ruang—lebih tinggi dibanding kayu tropis seperti meranti atau jati muda.
Dampak Lingkungan dan Biaya Tak Terlihat
Emisi dan Jejak Karbon
Kayu solid dari penebangan hutan primer atau tanpa sertifikasi FSC berisiko menambah deforestasi.
WPC sering dibuat dari limbah serbuk kayu industri, mengurangi jejak karbon dan mendukung ekonomi sirkular.
Studi dari International Journal of Life Cycle Assessment (2023) menunjukkan bahwa WPC memiliki jejak karbon 35–60% lebih rendah dibanding kayu keras jika dihitung per siklus hidup penuh (cradle-to-grave).
Pengaruh pada Kesehatan Dalam Ruangan
Kayu yang menggunakan cat solvent-based dapat melepaskan VOC (volatile organic compounds).
WPC umumnya bersertifikasi rendah emisi (seperti GREENGUARD Gold) dan aman untuk ruang tertutup.
Studi Kasus: Proyek Renovasi di Bali (2023)
Sebuah vila resor di Ubud mengganti semua pintu kayu solid dengan panel WPC Porte untuk kamar mandi, dapur, dan akses luar ruang. Hasil evaluasi setelah 12 bulan:
Biaya penggantian + instalasi WPC: Rp2,8 juta/pintu
Biaya perawatan setelah 1 tahun: Rp0
Penurunan keluhan kerusakan akibat rayap dan jamur: 100%
Peningkatan review tamu tentang “interior clean and modern”: +38% (dari survei internal manajemen)
Kesimpulan: TCO Membuktikan—WPC Lebih Efisien dan Andal
Meski perbandingan biaya awal antara kayu dan WPC relatif seimbang, analisis Total Biaya Kepemilikan menunjukkan bahwa:
WPC unggul dalam jangka panjang dengan biaya perawatan rendah, daya tahan tinggi, dan performa unggul di lingkungan tropis.
Kayu menuntut lebih banyak perhatian dan biaya lanjutan, terutama jika digunakan di area lembap atau terbuka.
Bagi kontraktor, pengembang, dan desainer interior yang mencari solusi material tahan lama, hemat biaya, dan ramah lingkungan, WPC bukan sekadar alternatif—tapi strategi investasi cerdas untuk bangunan masa kini dan masa depan.
Referensi
MarketsandMarkets. (2023). Wood Plastic Composite Market by Type and Application – Global Forecast to 2028.
ASTM International. (2022). Standard Specification for Polyolefin-Based Plastic Lumber for Exterior Applications (ASTM D6662).
International Journal of Life Cycle Assessment. (2023). Comparative LCA of Wood vs. Wood-Plastic Composites in Building Applications.
Asosiasi Arsitek Indonesia. (2024). Laporan Evaluasi Kinerja Pintu di Lingkungan Tropis.
Statista. (2023). VOC Emissions from Interior Materials in Residential Buildings – Global Summary



